“Ketidakpahaman akan nikotin dan tar inilah membuat inovasi yang kini mulai mengemuka kurang mendapatkan respons baik dari masyarakat luas dan pemerintah contohnya vape,” kata Amaliya di Jakarta, Kamis (18/1).
Ia mengatakan tren penggunaan rokok alternatif itu lantaran perilaku ketergantungan masyarakat terhadap produk tembakau yang dibakar.
“Tercatat pemerintah harus mengeluarkan biaya kesehatan sebesar Rp107 miliar per tahun. Tidak hanya itu, bahkan hasil riset tahun 2017 menempatkan Indonesia di peringkat kelima negara dengan jumlah konsumen produk tembakau dibakar terbesar di dunia,” katanya.
Dia mengatakan ketergantungan masyarakat akan produk tembakau bakar sejatinya merupakan perilaku yang sulit diubah tetapi dapat dialihkan pada produk yang memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah.
“YPKP Indonesia secara independen telah melakukan penelitian terhadap salah satu produk tembakau alternatif yaitu rokok elektrik atau vape. Hasilnya, vape dinilai memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan rokok yang dikonsumsi dengan dibakar,” kata dia.
Sumber : Aktual.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar